Sore itu awan tebal masih
menyelimuti langit di atas asrama panti asuhan yatim piatu Al Munawwaroh
Banjarnegara. Meski begitu, suasana di lingkungan tersebut tetap seperti
hari-hari biasanya. Ada yang sedang mencuci pakaian di kran, ada yang sedang
main catur, tenis meja, belajar bahasa Inggris, bahkan ada juga yang sedang
memberi makan kepada ikan lele yang ada di kolam depan asrama.
Cuaca yang kurang mendukung untuk
melakukan kegiatan ekskul nampaknya juga tidak menjadikan halangan bagi
sebagian anak-anak panti yang saat itu kebetulan sedang mengikuti pelatihan
seni photography.
Dengan wajah penuh ceria dan
antusias yang tinggi, para peserta pelatihan yang semuanya menggunakan seragam
baju warna putih dengan celana warna gelap dan berkalung ID Card, secara
berkelompok mencoba untuk membuat sebuah konsep tentang photo yang memiliki DOF
(depth of field) dangkal dan sebaliknya, kemudian tombol rana di kamera-pun
siap ditekan.
Gelak tawapun kemudian muncul ketika
beberapa peserta pelatihan yang digelar secara gratis itu masih kurang tepat
dalam sudut pengambilan gambarnya. Gak apa-apa itu kan latihan, ucap Rohadi
selaku sekretaris panti yang sore itu ikut hadir di tengah keceriaan anak-anak
panti belajar tentang photography.
Sampai pada giliran kelompok II yang
membuat konsep photo dengan kedalaman DOF yang cukup. Sebagian besar bisa
melakukannya dengan baik, meski ada beberapa anak yang hasil jepretannya
kelihatan blur semua karena tingkat goyangan yang tinggi, lagi-lagi gelak
tawapun kembali muncul, maklum kan masih grogi begitu katanya.
Tidak menyangka kalau saya diajari
untuk memahami kamera jenis SLR (single lens reflex) oleh pengurus panti, ucap
Budiono dan Wahyudin yang semula hanya tau sebatas kamera non SLR yang tinggal
jepret saja.
Tidak hanya itu, masalah exposure
yaitu kombinasi antara ISO/ASA, diagfragma (aperture) dan kecepatan rana
(shutter speed) kami juga diajari, termasuk membuat photo dengan beground blur
tetapi obyeknya tajam. Jadi tidak hanya sebatas menggunakan pilihan auto,
pokoknya pusing deh mikirin itu tapi mengasyikkan kok, sambung Sulis dan Nuri.
Belajar seni photography memang
cukup sulit, mulai dari memahami betul tentang kamera SLR, masalah pencahayaan,
sudut pengambilan, komposisi dan momen, sampai dengan istilah-istilah lain yang
semuanya memerlukan waktu dan tahapan. Oleh karena itu, pelatihan ini
dijadwalkan berlangsung cukup lama dengan cara bertahap, ucap Rohadi.
Adapun tujuan utamanya yaitu untuk
memberikan pengetahuan dasar tentang dunia fotografi, sehingga setelah pulang
di daerahnya masing-masing mereka sudah memiliki ketrampilan yang siap untuk
digunakan.
Disamping teknik photography,
kegiatan lain yang pernah dilaksanakan adalah pelatihan sehari tentang
jurnalistik untuk media cetak dan elektronik, yang disampaikan oleh pengurus
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pokja Banjarnegara. Beberapa peserta
pelatihan ketika dimintai komentarnya mengaku senang sekali memperoleh
ketrampilan seperti itu, apalagi diberikan secara gratis-tis.
Sementara itu ketua panti asuhan
yatim piatu Al Munawwaroh Banjarnegara H. Ramidi mengatakan, panti yang
didirikan pada tahun 1984 oleh Jenderal H. Mahlani Yoedokusumo, hingga saat ini
telah berhasil mengasuh anak yatim/piatu serta terlantar sebanyak 500-an lebih.
Adalah hal yang sangat menggembirakan ketika pengurus mendengar ada beberapa
anak yang telah berhasil mandiri, apalagi menjadi Pegawai Negeri Sipil bahkan
ada yang menjadi seorang guru di luar pulau Jawa, tegas H. Ramidi.
Untuk tahun 2011 ini jumlah
penghuninya tercatat sebanyak 59 anak yang berasal dari berbagai daerah di
wilayah Kabupaten Banjarnegara. Kegiatan utama selain sekolah, yaitu pengajian
setiap ba’da Subuh dan Maghrib serta kegiatan lainnya seperti les bahasa
Inggris, bahasa Jepang serta ketrampilan penting lainnya. (S.bag).