Rabu, 23 April 2014

Santri Panti Asuhan Al Munawwaroh Dilatih Seni Fotografi


Sore itu awan tebal masih menyelimuti langit di atas asrama panti asuhan yatim piatu Al Munawwaroh Banjarnegara. Meski begitu, suasana di lingkungan tersebut tetap seperti hari-hari biasanya. Ada yang sedang mencuci pakaian di kran, ada yang sedang main catur, tenis meja, belajar bahasa Inggris, bahkan ada juga yang sedang memberi makan kepada ikan lele yang ada di kolam depan asrama.
Cuaca yang kurang mendukung untuk melakukan kegiatan ekskul nampaknya juga tidak menjadikan halangan bagi sebagian anak-anak panti yang saat itu kebetulan sedang mengikuti pelatihan seni photography.
Dengan wajah penuh ceria dan antusias yang tinggi, para peserta pelatihan yang semuanya menggunakan seragam baju warna putih dengan celana warna gelap dan berkalung ID Card, secara berkelompok mencoba untuk membuat sebuah konsep tentang photo yang memiliki DOF (depth of field) dangkal dan sebaliknya, kemudian tombol rana di kamera-pun siap ditekan.
Gelak tawapun kemudian muncul ketika beberapa peserta pelatihan yang digelar secara gratis itu masih kurang tepat dalam sudut pengambilan gambarnya. Gak apa-apa itu kan latihan, ucap Rohadi selaku sekretaris panti yang sore itu ikut hadir di tengah keceriaan anak-anak panti belajar tentang photography.
Sampai pada giliran kelompok II yang membuat konsep photo dengan kedalaman DOF yang cukup. Sebagian besar bisa melakukannya dengan baik, meski ada beberapa anak yang hasil jepretannya kelihatan blur semua karena tingkat goyangan yang tinggi, lagi-lagi gelak tawapun kembali muncul, maklum kan masih grogi begitu katanya.
Tidak menyangka kalau saya diajari untuk memahami kamera jenis SLR (single lens reflex) oleh pengurus panti, ucap Budiono dan Wahyudin yang semula hanya tau sebatas kamera non SLR yang tinggal jepret saja.
Tidak hanya itu, masalah exposure yaitu kombinasi antara ISO/ASA, diagfragma (aperture) dan kecepatan rana (shutter speed) kami juga diajari, termasuk membuat photo dengan beground blur tetapi obyeknya tajam. Jadi tidak hanya sebatas menggunakan pilihan auto, pokoknya pusing deh mikirin itu tapi mengasyikkan kok, sambung Sulis dan Nuri.
Belajar seni photography memang cukup sulit, mulai dari memahami betul tentang kamera SLR, masalah pencahayaan, sudut pengambilan, komposisi dan momen, sampai dengan istilah-istilah lain yang semuanya memerlukan waktu dan tahapan. Oleh karena itu, pelatihan ini dijadwalkan berlangsung cukup lama dengan cara bertahap, ucap Rohadi.
Adapun tujuan utamanya yaitu untuk memberikan pengetahuan dasar tentang dunia fotografi, sehingga setelah pulang di daerahnya masing-masing mereka sudah memiliki ketrampilan yang siap untuk digunakan.
Disamping teknik photography, kegiatan lain yang pernah dilaksanakan adalah pelatihan sehari  tentang jurnalistik untuk media cetak dan elektronik, yang disampaikan oleh pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pokja Banjarnegara. Beberapa peserta pelatihan ketika dimintai komentarnya mengaku senang sekali memperoleh ketrampilan seperti itu, apalagi diberikan secara gratis-tis.
Sementara itu ketua panti asuhan yatim piatu Al Munawwaroh Banjarnegara H. Ramidi mengatakan, panti yang didirikan pada tahun 1984 oleh Jenderal H. Mahlani Yoedokusumo, hingga saat ini telah berhasil mengasuh anak yatim/piatu serta terlantar sebanyak 500-an lebih. Adalah hal yang sangat menggembirakan ketika pengurus mendengar ada beberapa anak yang telah berhasil mandiri, apalagi menjadi Pegawai Negeri Sipil bahkan ada yang menjadi seorang guru di luar pulau Jawa, tegas H. Ramidi.
Untuk tahun 2011 ini jumlah penghuninya tercatat sebanyak 59 anak yang berasal dari berbagai daerah di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Kegiatan utama selain sekolah, yaitu pengajian setiap ba’da Subuh dan Maghrib serta kegiatan lainnya seperti les bahasa Inggris,  bahasa Jepang serta ketrampilan penting lainnya. (S.bag).